Okara.id – Orang dewasa yang rutin berolahraga berpotensi memiliki harapan hidup lebih panjang dibanding mereka yang tidak aktif secara fisik. Temuan ini terungkap dalam studi terbaru dari University of Queensland, Australia.
“Partisipan yang aktif secara fisik memiliki risiko kematian 30 hingga 40 persen lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak melakukan aktivitas fisik,” tulis tim peneliti dalam laporan yang dipublikasikan di British Journal of Sports Medicine, seperti dikutip New York Post, Kamis, 10 Juli 2025.
Penelitian ini menganalisis 85 studi berbeda yang mencakup pola aktivitas fisik jutaan orang dewasa. Hasilnya menunjukkan, risiko kematian akibat penyakit jantung turun hingga 40 persen pada individu yang aktif bergerak. Sementara risiko kematian akibat kanker berkurang 25 persen dibanding mereka yang tidak aktif.
Kabar baiknya, tak ada kata terlambat untuk memulai. Studi itu mencatat, orang dewasa yang sebelumnya jarang berolahraga namun mulai aktif di kemudian hari, memiliki kemungkinan meninggal lebih cepat yang 22 persen lebih rendah dibanding yang tetap pasif.
“Setiap peningkatan aktivitas fisik, meskipun dilakukan bertahap dan dimulai di usia berapa pun—tetap memberikan manfaat signifikan,” kata tim peneliti.
Olahraga dinilai penting karena seiring bertambahnya usia, tubuh mengalami penurunan massa otot dan kepadatan tulang. Oleh karena itu, aktivitas fisik rutin sangat dianjurkan.
Saat ini, pedoman kesehatan merekomendasikan orang dewasa melakukan aktivitas fisik intensitas sedang selama 150–300 menit per minggu. Alternatifnya, latihan intensitas tinggi selama 75–150 menit per minggu, atau kombinasi keduanya.
Meski begitu, para peneliti mencatat bahwa manfaat fisik akan cenderung menurun jika durasi latihan melebihi 300 menit per minggu. Mereka juga mengingatkan, manfaat olahraga bisa hilang jika seseorang kembali menjalani gaya hidup pasif.
“Temuan kami menegaskan pentingnya tetap aktif secara fisik di usia dewasa. Bahkan jika baru dimulai di kemudian hari, efek positif terhadap kelangsungan hidup tetap terasa,” ujar para peneliti. (*)