Menulis sebagai Kerja Intelektual: Workshop Kepenulisan Nusainsider Dorong Tradisi Literasi di Kampus STITA Sumenep

OKARA.ID – Di tengah arus informasi instan yang kerap mengerdilkan daya pikir kritis, media nusainsider.com menggelar Workshop Kepenulisan bertema “Menulis, Mengolah Pemikiran, dan Membangun Peradaban”, Senin (22/12/2025). Kegiatan ini berlangsung di Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Aqidah Usymuni (STITA), Sumenep, dan diikuti puluhan mahasiswa dari berbagai latar belakang.
Workshop ini tidak sekadar membahas teknis kepenulisan, tetapi juga memosisikan menulis sebagai kerja intelektual—sebuah proses reflektif yang menuntut kedalaman membaca, ketajaman berpikir, dan keberanian menuangkan gagasan. Peserta diajak memahami teknik menulis yang sesuai dengan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), sekaligus menyadari pentingnya literasi sebagai fondasi kehidupan akademik.
Pemateri kegiatan, Febry Al Mabruri, menegaskan bahwa kemampuan menulis sejatinya dimiliki setiap orang. Namun, potensi tersebut hanya dapat berkembang jika seseorang aktif membaca, menyerap pengetahuan, lalu mengolahnya menjadi gagasan yang bermakna.
“Setiap dari kita memiliki potensi untuk menulis. Besarnya potensi itu sangat bergantung pada apa yang kita serap dan bagaimana kita menuangkannya menjadi untaian karya tulis,” kata Febry saat menyampaikan materi.
Dalam paparannya, Febry juga melontarkan pernyataan provokatif untuk menggugah kesadaran literasi peserta. Ia menyebut, kebiasaan membaca tanpa melahirkan tulisan merupakan bentuk kegagalan refleksi intelektual.
“Orang yang membaca, tetapi tidak melahirkan tulisan, berarti dia gila,” ujarnya. Menurut Febry, pernyataan itu merupakan kritik terhadap praktik membaca yang berhenti pada konsumsi informasi, tanpa proses pengolahan gagasan.
Ia menambahkan, kondisi tersebut bahkan lebih problematis ketika seseorang menulis tanpa kebiasaan membaca. “Lebih parah lagi jika ada orang yang menulis tetapi tidak membaca, itu sama dengan orang gila kuadrat. Karena ia menulis tanpa pandangan dan rujukan yang kuat,” katanya.
Bagi Febry, menulis bukan sekadar merangkai kata, melainkan proses berpikir kritis yang berkelindan dengan tanggung jawab moral dan intelektual. Melalui tulisan, seseorang dapat menyumbangkan pemikiran, menyuarakan kebenaran, sekaligus berkontribusi dalam membangun peradaban.
Sementara itu, Ketua Panitia Workshop, Miftahul Arifin, mengatakan kegiatan Sekolah Kepenulisan ini merupakan bagian dari komitmen nusainsider.com dalam menumbuhkan minat baca dan tulis di kalangan mahasiswa.
“Kegiatan ini kami gagas sebagai ruang belajar bersama, agar mahasiswa tidak hanya menjadi pembaca pasif, tetapi juga mampu menuangkan gagasan kritisnya dalam bentuk tulisan yang berkualitas,” ujarnya.
Miftah menambahkan, di era digital yang sarat informasi instan, mahasiswa dituntut tidak hanya cepat mengakses informasi, tetapi juga cakap mengolah dan mempertanggungjawabkannya. Karena itu, sekolah kepenulisan ini diharapkan mampu melahirkan penulis-penulis muda yang berintegritas, kritis, dan bertanggung jawab secara etis.
Melalui kegiatan ini, nusainsider.com berharap budaya literasi di lingkungan kampus dapat tumbuh secara berkelanjutan dan menjadi fondasi bagi lahirnya generasi intelektual yang tajam berpikir serta mampu memberi kontribusi nyata bagi masyarakat. (*)




